Selamat Datang di Blog Kami

Blog ini khusus memuat catatan dan kumpulan status Abdullah Isma'ili di facebook

Blog ini merupakan bentuk terima kasih kami (admin) pada abah kami Abdullah Isma'ili

Silakan bertanya pada kami di facebook
1. Safiyah Alifa
2. Syarifah Safinah Alaydrus
3. Yudas Iskandar
4. Evida Zaitun Alkaff
5. Surya Hamidi

lovely family

lovely family
edited by Zakki Assegaf

Kamis, 27 Januari 2011

PINTU ILMU 6 :

Pintu Ilmu 6:

IMAMAH DALAM ALAM MATEMATIKA (4)

Kita akan memahami arti OPERASI perkalian dalam matematika...

6.1. SIMETRISASI AKUT

Kita terima begitu saja seakan-akan 2 + 3 = 5 adalah BENAR. Kemudian, bagi yang tau, adalah benar bahwa 3 + 5 = 2, dan bagi yang tidak tau, salah.

Ada yang berkilah, "Hasil dari 1 + 1 = 2 adalah menurut MATEMATIKA..." Seakan-akan 1 + 1 = 2 hanyalah SELERA matematika saja...

Simetrisasi akut telah membuat kebanyakan orang merasa nyaman dengan semua ini. Ada yang nyaman karena merasa sebagai ahli matematika, ada yang nyaman karena ekslusivitas matematika yang menghempaskannya...

6.2. ASMA

UFO singkatan dari UNIDENTIFIED FLYING OBJECT, benda terbang yang tak dikenal. Benda apakah UFO itu? Namanya "benda tak dikenal".

Siapakah aku? Aku adalah orang yang Antum bertanya, "Siapakah aku..."

Ana orang Kei. Taukah Antum apa itu Kei? Konon, dulu, pelancong bertanya kepada orang setempat, "Negeri apa ini?" Lalu dijawab pakai
bahasa Kei, "Kai..." Maksudnya, "Tidak tau..." Dan pelancong pun menamakan negeriku sebagai Kei...

Asma atau nama-nama dari segala sesuatu adalah dari pengetahuan atau
pengenalan terhadapnya. Ketak-tauan ada bukti ada, tapi tak tau. Manusia dari AL-NÂS artinya PELUPA, menunjukkan bahwa banyak yang ada tapi terlupakan. Lupa adalah bukti ada.

Rijsa dalam ayat 33.33 adalah termasuk lupa atau ragu. Maksudnya, Tuhan itu ada tapi terlupakan, dan kita ingat lagi apabila kita bertanya kepada Ahlul Bayt yang tak pernah lupa.

Memanggil Asep, Nyong... adalah nama-nama yang mengandung makna. Demikian juga simbol-simbol matematik X, Y, Z, *, +, -, x, /, f(X)... tiada lain hanyalah nama. Memanggil Asep adalah untuk tujuan kemudahan.

Menuliskan SIMBOL dalam matematika juga untuk tujuan kemudahan. Misalkan diberikan sebuah nilai Y = 5. Maka apa maksudnya? Siapa yang memberikannya? Benar ataukah salah?

6.3. OPERASI MATEMATIKA

Diskusi tentang BENAR-SALAH berawal dari ADA. Sesuatu dikatakan ADA tentunya dengan catatan: pernah ada, kelak ada, sekarang ada, selamanya ada... Pernah, kelak, sekarang, selamanya semuanya adalah WAKTU.

Jadi, sebelum membicarakan ada, telah ada mendahulinya yaitu WAKTU = ADA.

TEOREMA 6.1

~#~

Sesuatu dikatakan ada adalah ADA DALAM WAKTU. Ini artinya WAKTU adalah ADA itu sendiri, dan waktu lah yang mengadakan.

~#~

Dalam permutasi, Antum selalu berada di belakang waktu, p0 = (1, 2), dimana Antum adalah 2 yang 1 adalah waktu. Antum hidup dalam SEKARANG yang DAHULU mendahului Antum.

Anggaplah sekarang adalah hari-hari yang Antum lalui. Setiap hari bagi Antum adalah p0 = (1, 2). Sejarah hidup Antum adalah (1, 2) DAN (1, 2) DAN (1, 2) DAN ... Gantikan DAN dengan suatu OPERASI *, yakni (1, 2) * (1, 2) * (1, 2) * ...

Izinkan ana bertanya dalam SETIAP SEKARANG-mu, "Bagaimana BESOK?" Selama Antum MASIH ADA, maka Antum menjawab, "Besok adalah (1, 2) juga..." Yakni:

(1, 2) * (1, 2) = (1, 2),
p0 * p0 = p0.

Jawaban yang sama juga berlaku atas pertanyaan, "Bagaimana KEMARIN?"

Ungkapan p0 * p0 = p0 ini Antum kenal dalam bentuk-bentuk lain:

0 x 0 = 0,

+ * + = +.

Yaitu:

BENAR * BENAR = BENAR.

Antum sendirilah yang menetapkan bahwa p1 = (2, 1) adalah SALAH. Bahwa bukan Antum yang duluan ada... Selama berlaku p0 * p0 = p0, maka berlaku p1 = (2, 1) adalah SALAH. Yang menjadikan p1 = (2, 1) itu SALAH adalah AKIBAT dari p0 * p0 = p0. Bahwa, dengan menerima p0 = (1, 2) adalah BENAR, mengakibatkan:

p1 * p1 = p0,

- * - = +.

SALAH * SALAH = BENAR.

Operasi * dalam p0 * p0 = p0 adalah DAN. Yakni KEMARIN DAN SEKARANG DAN BESOK. Hasilnya SEKARANG * KEMARIN = BESOK. Ini berlaku TANPA PERDULI p1 ada. Antum boleh saja berkata, dari pengalaman Antum kemarin dan sekarang Antum ada, tapi besok Antum tiada, atau belum ada. Yang pasti ada hanyalah p0. Itulah ungkapan p1 * p1 = p0.

Ungkapan p1 * p1 = p0 berasal dari p0. Seakan-akan p1 bertanya kepada dirinya sendiri, "Bagaimana aku memandang diriku?" Lalu dirinya menjawab, "Pandanglah aku sebagaimana engkau memandang p0." Dalam ungkapan matematika, p1 * p1 = p0 menunjukkan bahwa p1 = -p1, yakni INVERS dari p1 adalah -p1. Dan -p1 adalah pandangan p0 terhadap p1. Maka jadilah ungkapan:

p1 * p0 = p1.

Seakan p1 bertanya kepada p0, "Bagaimana sehingga engkau memandangku sebagai p0?" Dan jawabannya adalah p1 * p1 = p0 tadi.

Selanjutnya, p0 menguji:

p0 * p1 = p1.

Seakan p0 bertanya kepada p1, "Bagaiman sehingga BENAR bahwa engkau memandang dirimu sebagai p1?"

Dan tentu saja p1 menjawab, "Aku memandang diriku sebagai KEBALIKAN atau INVERS dari engkau memandang diriku."

Jadi, p0 adalah RUJUKAN dalam pandangan yang BENAR.

Misalkan berlaku perkalian sembarang:

pi * pj = pk.

Di sini pi bertanya kepada pj, "Bagaimana engkau memandang diriku secara benar?" Tentunya yang benar adalah dari suatu rujukan.

Ambillah 2 + 3 = 5. Di sini 2 bertanya kepada 3, "Bagaimana engkau memandang diriku sebagai 5 dan itu benar?" Tentunya 3 merujuk kepada pandangan 0 terhadap dirinya, yaitu -3.

Ungkapan 2 + 3 = 5 adalah 3 memandang 2 sebagai 5. Di dalam 5 terdapat 3 yang memandang. Bagaimana 0 memandang? Yaitu 5 + (-3) = 3. Maka 3 menjawab pertanyaan 2, "Wahai 2, aku memandangmu 5 sebagaimana 0 memandangmu 2." Dan 2 pun menjawab, "Ya, aku memang 2."

Bilangan asli 1, 2, 3, 4, ... tidak mengandung 0. Akan tetapi MATEMATIKA memandangnya sebagai suatu STRUKTUR MATEMATIKA yang memiliki pperasi-operasi tambah dan kali. Bisakah? Ini sama seperti adanya alam bagi fisika tanpa Tuhan... Sesungguhnya matematika dan fisika kita dibangun di atas fondasi yang sanga-sangat lemah...

Ungkapan selanjutnya adalah:

p0 * p1 = p1.

Ingat bahwa p1 * p0 = p1 adalah pertanyaan "wahai p0, bagaimana sehingga menjadi benar bahwa engkau memandang p1 sebagai p1?"

Ungkapan p0 * p1 = p1 bukanlah sebaliknya p0 bertanya kepada p1 sebagaimana p1 bertanya kepada p0. Di sini lantaran terdapat HIRARKI antara p0 dan p1. Aksentuasinya menjadi, "Wahai p1, bisakah engkau memandang dirimu sebagaimana p0 memandang dirimu?"

Ungkapan a * b ada apabila a TIDAK LEBIH MULIA daripada b. Contohnya 2 ekor kambing ditulis 2 * kambing. Maka jelas kambing lebih mulia daripada 2.

Jadi, ada perkalian DARI KIRI, seperti 2 * kambing, dan itu berbeda dengan perkalian DARI KANAN. Ungkapan 2 * kambing hasilnya tetap kambing, ungkapan kambing * 2 hasilnya bilangan.

6.4. MATEMATIKA JAM

Antum tau apa yang ana maksud... Dalam jam 12, maka jam 21.00 adalah jam 9 malam. Yaitu 21 = 9 + 12.

Dalam Jam 6, maka 3 + 5 = 8 = 2 + 6 = 2. Juga 3 + 3 = 0.

Dalam Jam 2, berlaku:

0 + 0 = 0,
1 + 0 = 1,
0 + 1 = 1,
1 + 1 = 0.

Ini persis dengan:

p0 * p0 = p0,
p1 * p0 = p1,
p0 * p1 = p1,
p1 * p1 = p0.

Dalam permutasi P3, berlaku:

p0 * p2 = p2,
p1 * p2 = p3,
p2 * p2 = p4,
p3 * p2 = p5,
p4 * p2 = p0,
p5 * p2 = p1.

Perhatikan indeksnya:
0 + 2 = 2,
1 + 2 = 3,
2 + 2 = 4,
3 + 2 = 5,
4 + 2 = 0,
5 + 2 = 1.

Ini adalah penjulahan dalam JAM 6.

Lihat yang sebaliknya:

p2 * p1 = p5,
p2 * p3 = p1,
p2 * p5 = p3.

Indeksnya memenuhi:

-2 + 1 = -1 = 5,
-2 + 3 = 1,
-2 + 5 = 3.

Ini menunjukkan suatu arti 2 * i di dalam JAM 6, yang maksudnya 2 * i = -2 + i. Yyang termasuk dalam i di atas adalah i = 1, 3, 5. Tidak termasuk i = 2, 4. Perhatikan:

p2 * p2 = p4,

2 + 2 = 4.
p2 * p4 = p0,
2 + 4 = 0.

Tampak bahwa, untuk i = 2, 4, maka berlaku 2 * i = 2 + i.

Mengapa?

Entahlah...

Yang penting di sini adalah JAM 6. Ada yang memenuhi secara UMUM, ada yang KHUSUS. Untuk permutasi, akan kita gunakan JAM 6 yang dimodifikasi menjadi JAM KAZHIMI 6.

6.5. TAWAF

Berapa usiamu? Sekian tahun?

Maka USIAMU BERTAWAF MENGELILINGI TAHUN...

Waktumu digulung dalam SATUAN TAHUN... Semuanya bertawaf... Bilangan-bilangan bertawaf dalam puluhan, ratusan, ribuan...

Seperti tawaf mengelilingi Ka'bah, posisi Ka'bah di sebelah kiri...

Matematika JAM adalah MATEMATIKA TAWAF... Bilangannya adalah (0, 1, 2, 3, 4, 5) untuk JAM 6. Jam 3 adalah (3, 4, 5, 0, 1, 2). Jam 2 adalah (2, 3, 4, 5, 0, 1). Pastikan bahwa bilangannya bertwaf mengikuti SIMETRI TAWAF atau SIMETRI TANGAN KANAN.

Permutasi-permutasi tawaf adalah p0 = (1, 2, 3), p2 = (3, 1, 2), dan p4 = (2, 3, 1). Kalau 1 dan 2 disatukan menjadi 1-2, maka keadaannya adalah (1-2, 3) dan (3, 1-2). Artinya barisannya teratur, 3 tau diri dan tidak mendahuliu 2, tidak berada di antara 1 dan 2. Kalau 2 dan 3 disatukan menjadi 2-3, maka keadaannya adalah (1, 2-3) dan (2-3, 1). Bahwa 2 tau diri, ia tetap di antara 1 dan 3.

Yang sisanya juga membentuk tawaf: p1 = (2, 1, 3), p3 = (3, 2, 1), dan p5 = (1, 3, 2). Perhatikan bahwa 3 tak tau diri, ia berada di antara 1 dan 2. Ia engingkari p0 = (1, 2, 3), makanya kedudukannyalah yang menyebabkan keadaan-keadaan p1, p3, dan p5 itu SALAH.

6.6. PERKALIAN PERMUTASI

Tinjau permutasi P3:

p0 = (1, 2, 3),
p1 = (2, 1, 3),
p2 = (3, 1, 2),
p3 = (3, 2, 1),
p4 = (2, 3, 1),
p5 = (1, 3, 2).

Apabila 3 tiada, maka p0, p2, dan p4 menjadi p0 = (1, 2) di P2, yang bernilai BENAR, sedangkan p1, p3, dan p5 menjadi p1 = (2, 1) yang bernilai SALAH. Kita katakan bahwa, pada p0, p2, dan p4, 3 secara tepat menempatkan dirinya, sedangkan yang lainnya adalah penempatah yang salah. Yang salah adalah yang tidak mengakui 1 saat masih di P2, dan, pada P3, tidak mengakui 2. Jadi, sesungguhnya, dalam P4, mengakui 1 adalah sekaligus mengakui 2, tidak mengakui 2 adalah tidak mengakui 1. Atau mengakui 1 cukup dengan mengakui 2.

Dan mengakui 2, yang adalah mengakui 1, adalah mengikuti 1 mengakui 0. Jadi, tidak mengakui 2 sama saja dengan tidak mengakui 0. Karena itu, adalah SALAH ungkapan ini:

p1 * p1 = p0,
p3 * p3 = p0,
p5 * p5 = p0.

Dan, untuk menjadi BENAR, akuilah bahwa p1, p3, dan p5 itu salah...
Perhatikan ungkapan-ungkapan ini:

p0 * p2 = p2,
p2 * p2 = p4,
p4 * p2 = p0.

Ini adalah satu putaran TAWAF. Ungkapan p0 * p2 = p2 adalah informasi bahwa p2 memandang dirinya sebagimana p0 memandangnya. Ungkapan p2 * p2 = p4 adalah bahwa p2 memandang dirinya sendiri sebagai p4. Ungkapan p4 * p2 = p0 memberikan informasi kepada p4 oleh p2 bahwa p0 itu ada.

Matematika dan fisika kehilangan simetri lantaran tidak memperdulikan HIRARKI antara p2 dan p4. Yaitu dengan manandang sama:

p0 * p4 = p4,
p4 * p4 = p2,
p2 * p4 = p2.

Ini SALAH lantaran BUKAN TAWAF, karena arahnya BERLAWANAN.

Seperti ada yang berkata, "Nabi saw pun berpoligami koq..." Maksudnya, ia pun boleh berpoligami. Kelak akan bentrok dengan kenyataan bahwa Imam Ali as tidak berpoligami. Ia menyetarakan dirinya dengan tanpa memandang HIRARKI. Sebagaimana hirarki antara p2 dan p4.

Sekarang, dari p1 = (2, 1, 3), p3 = (3, 2, 1), dan p5 = (1, 3, 2), yang tampak sebagai tawaf, tentunya kita ingin mengetahui bagaimana tawafnya itu sekiranya memang demikian.

Ulangi dulu:

p0 * p2 = p2,
(1, 2, 3) * (3, 1, 2) = (3, 1, 2).

Ini artinya, urutan dari p2 = (3, 1, 2) adalah p0 = (1, 2, 3).

p2 * p2 = p4,
(3, 1, 2) * (3, 1, 2) = (2, 3, 1).

Ini menunjukkan bahwa, apabila urutan p2 yang tadinya sesuai p0 diganti dengan p2 sendiri, maka hasilnya adalah p4.

Dan urutan-urutan ini memang sebagaimana tawaf...

Ungkapan-ungkapan di atas tidak dipenuhi oleh p1, p3, dan p5. Ketiga-tiganya memenuhi ungkapan dalam bentuk lain:

p1 * p3 = p3 * p5 = p5 * p1 = p2,
p1 * p5 = p5 * p3 = p3 * p1 = p4.

Yaitu tawaf mengelilingi baik p2 maupun p4 dalam arah yang berlawanan. Arah yang berlawanan yaitu berada di antara 1 dan 2. Jadi, tawaf 3 tidak sebari dengan tawaf 1 dan 2, dan itu lantaran 3 membedakan antara 1 dan 2.

Bagaimana agar dapat sebaris dengan tawaf 1 dan 2?

Yaitu dengan cara memandang satu saja 1 dan 2 itu.

Di sini tampak bahwa hirarki p1, p3, dan p5 tidak sama dengan p2 dan p4. Dan hasilnya adalah LIMAS AHLI KISA.
See More

Tidak ada komentar: